- Cara Menguji Fakta -
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang
kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus
diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru
merupakan penilaian tingkat pertama untuk
mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu
adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis
harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu
dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga
benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan
diambil.
1. Konsistensi
2. Koherensi
a. Konsistensi
Dasar pertama yang dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi yang lain. Untuk membuktikan bahwa kita tidak sanggup secara ekonomis sehingga tidak dapat membayar kuliah sekaligus diajukan evidensi seperti: pekerjaan orang tua adalah buruh harian, berasal dari golongan rendah, pendidikan orang tua sekolah dasar tidak tamat dan sebagainya. Sementara itu juga ada evidensi lain yang mengatakan bahwa ada tujuh orang saudara yang bersekolah di perguruan tinggi swasta lain dan untuk ketujuh saudara yang lain itu orang tua telah mengeluarkan biaya yang sekian banyak sehingga untuk diri sendiri dapat dimintakan keringanan berupa pencicilan uang kuliah. Namun, biaya ketujuh saudara lain di perguruan tinggi swasta lain memungut biaya yang cukup mahal, sebenarnya memberi gambaran bahwa orang tuanya sanggup secara ekonomis untuk membiayai anaknya. Olehkarena itu, evidensi yang diajukan saling melemahkan. Bila evidensi itu bertentangan atau saling melemahkan, maka argumentasi itu tidak akan menyakinkan pembaca atau pendengar.
b. Koherensi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penilaian fakta yang dapat digunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus koheren dengan pengalaman manusia atau sesuai dengan pandangan dan sikap yang berlaku. Bila penulis menginginkan agar sesuatu hal dapat diterima, ia harus menyakinkan pembaca bahwa pembaca dapat menerima fakta dan jalan pikiran yang dikemukakan, maka secara konsekuen pula pembaca harus menerima hal lain yaitu konklusinya.
Dalam menerangkan atau mengargumentasikan sesuatu hal, maka ada baiknya kalau penulis mengacu pada hal yang sangat intim dalam kehidupan manusia, kemudian menuju kepada hal yang umum. Misalnya, dalam menerangkan bahaya atau akibat yang timbul dari utang-piutang negara yang setiap tahun bertambah, penulis dapat mulai dari pengalaman sendiri. Berapa lama seseorang dapat bertahan bila belanja setiap bulan selalu melebihi penghasilan, kecuali harus bekerja ekstra untuk menutup kekurangan itu dan masalah yang dihadapi negara sama. Akibat dari keduanya sama yaitu kehancuran, kecuali seperti dikatakan tadi kalau orang itu atau negara harus bekerja lebih giat untuk meningkatkan penghasilannya atau berusaha menekan biaya yang haruus dikeluarkan.
Sumber:
0 comments:
Post a Comment